Minggu, 01 November 2009

Asuhan Keperawatan pada Klien Leukemia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpe. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah.
Leukosit atau sel darah putih adalah sel darah Yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal.

Apabila terjadi peningkatan atau penurunan dari sel darah putih akan terjadi kelainan haematologis, diantaranya yaitu leukemia. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Leukemia biasanya menyerang lebih sering pada anak laki-laki dari pada anak perempuan setelah usianya lebih dari 1 tahun. Sebelum tahun 1948, anak dengan leukemia hidupnya hanya 2 – 3 bulan. Namun, sekarang ini angka harapan hidup pada anak dengan leukemia hamper 80%.
Permasalahan yang timbul pada leukemia antara lain : leukemia merupakan penyakit terminal dan terganggung pada pemberian transfuse darah serta kemoterapi. Pilek tidak sembuh-sembuh, pucat, lesu, demam, anorexia, berat badan menurun, ptechie, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian nyeri abdomen, lymphe denophaty, hematosplenomegaly. Pasien dengan leukemia juga hidupnya tergantung dengan orang lain dan sering mengalami gangguan harga diri sehingga kelompok tertarik untuk mempelajari teori dan konsep-konsep yang terkait dengan leukemia secara lebih dalam melalui tinjauan kepustakaan, browsing internet serta bimbingan dengan pembimbing yang dituangkan dalam bentuk makalah ilmiah dengan judul : “Asuhan Keperawatan pada Klien Leukimia.

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa mandapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien leukemia dengan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian dari Leukimia
2. Memahami etiologi dari leukemia
3. Memahani patofisiologi dari leukemia
4. Mengetahui jenis-jenis dari Leukimia
5. Mengetahui bagaimana manifestasi klinik dari leukemia
6. Memahami pemeriksaan diagnostik dari leukemia
7. Memahami bagaimana penatalaksanaan medis pada klien dengan Leukimia
8. Dapat melakukan pengkajian pada klien Leukimia
9. Dapat merumuskan diagnosa terkait dengan klien Leukimia
10. Dapat menyusun perencanaan tindakan pada klien Leukimia
11. Dapat menyusun criteria evaluasi setelah implementasi pada klien Leukimia.

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi. Dimana penulis memaparkan teori-teori mengenai Leukimia dan Asuhan Keperawatan Leukimia yang berupa naratif melalui studi kepustakaan dan browsing internet.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdirir dari 3 bab yang disusun secara sistematis dengan urutan sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis tentang leukemia yang meliputi pengertian leukemia, etiologi,patofisiologi, jenis-jenis dari leukemia, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatannya.
Bab III : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Medis Leukemia
1. Pengertian
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi kejaraingan tubuh lain (Arif Manjoer, 495: 2000)
Leukemia adalah prouferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ika, 469: 2000)
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka kami berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dan ganas dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah., jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian.

2. Klasifikasi
a. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
b. Leukemia Mielogenus Kronis
Tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Luekemia Limfositik Akut
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

d. Leukemia Limfositik Kronis
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

3. Etiologi
a. Faktor Instrinsik
1) Keturunan dan Kelainan Kromosom
2) Defisiensi Imun dan Defisiensi Sumsum Tulang
b. Faktor Ekstrinsik
1) Faktor Radiasi
2) Bahan Kimia dan Obat-obatan.
3) Infeksi Virus

4. Patofisiologi


Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.

5. Manifestasi Klinis
a. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
b. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
c. Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan haluaran urin
d. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas.
e. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia
f. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisa
h. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi nafas
i. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
j. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k. Zink serum : menurun
l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. Sumsum tulang

7. Penatalaksanaan Medis
a. Transfusi darah, jika kadar hb kurang dari 6 9% pada trombositopenia yang berat dan perdarahan massif dapat diberikan trombosit.
b. Pelaksanaan Kemoterapi
Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi
 Fase Induksi : Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa di tegakan pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison) vinaistim ,dan L-asparagiginasi.
 Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat. Pada fasse ini diberikan terapi methotrexate, cy tarabine, dan hydrocortisone melalui intra thecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak.
 Konsolidasi : Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh, secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap.

8. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Hepatomegali
d. Splenomegali
e Limpadenopati
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot)
c. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
d. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
e. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
f. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
a. Tujuan : pasien bebas dari infeksi
b. Kriteria hasil :
1) Normotermia
2) Hasil kultur negatif
3) Peningkatan penyembuhan
c. Intervensi :
1) Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
2) Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
3) Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan mental samar.
4) Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
5) Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
6) Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum kental, urine bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.
7) Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan kulit dengan larutan antibakterial.
8) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
9) Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.
10) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
11) Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
12) Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
13) Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas.
14) Kaji ulang seri foto dada.
15) Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
16) Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
17) Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan :
mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik
a. Tujuan : volume cairan terpenuhi
b. Kriteria hasil :
1) Volume cairan adekuat
2) Mukosa lembab
3) Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mnt
4) Nadi teraba
5) Haluaran urin 30 ml/jam
6) Kapileri refill < 2 detik
c. Intervensi :
1) Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan keseimbangna cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat jenis dan pH urin.
2) Timbang berat badan tiap hari
3) Awasi TD dan frekuensi jantung
4) Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa
5) Beri masukan cairan 3-4 L/hari
6) Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis; perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses dan urin; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.
7) Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan.
8) Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
9) Berikan diet halus.
10) Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi, Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht, pembekuan. Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan. Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri subklavikula, tunneld, port implan)
Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron, allopurinol, kalium asetat atau asetat, natrium biukarbonat, pelunak feses.

3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik
a. Tujuan : nyeri teratasi
b. Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
2) Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
3) Tampak rileks dan mampu istirahat
c. Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala 0-10)
2) Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot, gelisah.
3) Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres
4) Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal.
5) Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
6) Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan psikologis)
7) Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri
8) Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
9) Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
10) Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
11) Kolaborasi : Awasi kadar asam urat, Berika obat sesuai indikasi : analgesik (asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfon), Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolik
a. Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas
b. Kriteria hasil :
1) Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
2) Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan.
3) Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan dan TD dalam batas normal
c. Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa ganggaun
2) Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk daripada berdiri, pengunaan kursi untuk madi
3) Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi
4) Kolaborasi : berikan oksigen tambahan

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
a. Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan
b. Kriteria hasil :
1) TD 90/60mmHg
2) Nadi 100 x/mnt
3) Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah
4) Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)
5) Hb 14-18 gr%
c. Intervensi :
1) Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
2) Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari gusi
3) Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat tusukan IV terhadap perdarahan
4) Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
5) Gunakan jarum ukuran kecil
6) Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres dingin dan tekan perlahan.
7) Beri bantalan tempat tidur untuk cegh trauma
8) Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur listrik.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah sekunder adanya destruksi SDM
a. Tujuan : perfusi adekuat
b. Kriteria hasil :
1) Masukan dan haluaran seimbang
2) Haluaran urin 30 ml/jam
3) Kapileri refill < 2 detik
4) Tanda vital stabil
5) Nadi perifer kuat terpalpasi
6) Kulit hangat dan tidak ada sianosis
c. Intervensi :
1) Awasi tanda vital
2) Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian kapiler
3) Catat perubahan tingkat kesadaran
4) Pertahankan masukan cairan adekuat
5) Evaluasi terjadinya edema
6) Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ; GDA, AST/ALT, CPK, BUN, Elektrolit serum, berikan pengganti sesuai indikasi, Berikan cairan hipoosmolar

3. EVALUASI
a. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Dapat menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Dapat beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Dapat mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Keluarga dapat menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

























BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori yang kami bahas maka kami dapat menyimpulkan bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dan ganas dari sel-sel leukosit dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah., jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian. Ada 4 jenis leukimia, yaitu leukemia mielogenus akut, leukemia mielogenus kronis, leukemia ,limfositik kronis, leukemia limfositik akut.
Pada umumya penyebab leukimia tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan penyakit leukimia diantaranya faktor keturunan dan kelainan kromosom, defisiensi imun dan defisiensi sumsum tulang, faktor radiasi, bahan kimia, obat-obatan dan infeksi virus.
Pada leukemia sel-sel berkembang biak dengan cepat dan memiliki rentang umur yang panjang. Namun, mereka tidak mampu melakukan fungsi WBCs dewasa, sehingga mereka tidak efektif dalam mengurangi peradangan atau infeksi atau melayani sebagai sel-sel kekebalan. Sel-sel leukemia meninggalkan sumsum tulang dan berjalan ke dalam sistem sirkulasi, melintasi membran otak dan menyusup ke jaringan tubuh lainnya seperti sistem saraf pusat, testis, kulit, dan saluran pencernaan serta sistem reticuloendothelial (kelenjar getah bening, hati, dan limpa). Kematian paling sering terjadi sebagai akibat pendarahan internal dan infeksi.
Secara umum, manifestasi leukemia adalah hasil dari anemia, infeksi, dan peningkatan perdarahan. Manifestasi anemia termasuk pucat, kelelahan, takikardia, malaise, lesu, dan dyspnea. Infeksi, yang dihasilkan dari neutropenia, dimanifestasikan oleh demam, keringat malam, lisan dan faring ulcerations, sinusitis, bronkitis, radang paru-paru, sistitis, abses dari peritonsillar dan daerah perianal, kulit dan kuku infeksi, dan keracunan darah. Peningkatan pendarahan., menyebabkan memar, hematoma, perdarahan dari hidung, gusi, atau kandung kemih, dan terbuka perdarahan gastrointestinal, perdarahan paru, retina dan pendarahan subarachnoid.
Pemeriksaan diagnostik pada klien leukimia meliputi ; Leukosit normal bervariasi antara kurang dari 1000 hingga 100.000 per mm3, sel blast darah tepi, jumlah sel blast normal dari nol hingga 200 x 109 / 1 median antara 15 – 20 x, angka trombosit, sel eritrosit, sumsum tulang, protein darah, lumbang punksi untuk mengetahui apakah sistem syaraf pusat terinfilterasi dan biopsi sumsum tulang. Penatalaksanaan medik pada klien leukimia berupa pelaksanaan kemoterapi dan transfusi darah, penatalaksanaan medis ini juga menimbulkan komplikasi pada klien seperti Gagal sumsum tulang, Infeksi, hepatomegali, splenomegali, limpadenopati.
Dalam menberikan perawatan, perawat harus berhati-hati agar tidak terjadi komplikasi yang terjadi pada klien seperti infeksi pada tempat pemasangan alat-alat invasif. Maka dari itu Askep yang dapat di berikan pada klien leukimia yaitu di awali dengan pengkajian meliputi pengkajian riwayat penyakit, riwayat keluarga, adanya tanda-tanda anemia, adanya tanda-tanda leukopenia, adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rektal serta nyeri dan kaji adanya tanda-tanda trombositopenia. Dan diagnosa yang dapat di tegakkan seperti ; Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan (berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan: ) mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolik. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah sekunder adanya destruksi SDM.
Intervensi dan evaluasi di lakukan berdasarkan diagnosa sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang telah di tetapkan khusus bagi klien leukimia.



B. Saran
1. Meningkatkan mutu makalah ilmiah yang kelompok buat untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca khususnya.
2. Untuk mahasiswa kelompok lebih berpartisipasi dalam pembuatan makalah ilmiah ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan meringankan dalam pembuatan makalah agar selesai tepat pada waktunya.
3. Perpustakaan untuk tidak tutup lebih cepat dan menambahkan waktu supaya kami dapat mencari sumber-sumber dalam pembuatan makalah ilmiah ini.


















DAFTAR PUSTAKA


Betz, Cecily L. & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Badah, edisi 8. Jakarta: EGC.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: EGC.

Galle, D .& Charate. 1996. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sacharin Rosa M. 2004. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Staf Pengajar IKA UI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: EGC.

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-leukimia.html













KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul ”Askep Pada Klien Leukimia”.
Makalah ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi susunan syarat tugas Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Keperawatan Kimia 17.
Dalam penyusunan makalah ilmiah ini kami banyak memenuhi kesulitan dan hambatan, namun berkat karunia-Nya serta bimbingan dan dorongan moril dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Lusiani SKep. selaku pembimbing mata ajar KMB
2. Teman-teman yang membantu dan memberikan semangat dalam pembuatan makalah ilmiah ini.

Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dalam menyusunnya. Untuk itu dengan senang hati dan tangan terbuka, kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami sampaikan, semoga makalah ilmiah ini berguna bagi profesi keperawatan khususnya, sebagai sumbang fikir dalam rangka meningkatkan perbaikan mutu dalam mempelajari asuhan keperawatan pada klien leukimia

Jakarta, 14 Oktober 2009

Penulis

Minggu, 18 Oktober 2009

dokumentasi keperawatan jangka panjang


BAB II

KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN DI RUANG

  1. Konsep Dasar Dokumentasi

1. Pengertian

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti individu yang berwenang. Catatan medis harus mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komrehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien.

Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis / tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach 1991)

  1. Pengturan Dokumentasi Dalam Perawatan Jangka Panjang

Pengaturan Standar pencatatan dalam perawatan jangka panjang diformulasikan dari kode profesional dan kebijakan lembaga, serta dari negara dan peraturan pemerintah federal. Pencatatan adalah sebagai penting dalam perawatan jangka panjang (LTC) fasilitas sebagaimana pengaturan perawatan kesehatan lainnya. Catatan LTC berfungsi sebagai alat komunikasi penting. Didokumentasikan informasi tentang pasien memberikan bukti pembayaran, perizinan, sertifikasi, dan akreditasi persyaratan. Selain itu, prosedur litigasi biasanya mengandalkan data yang dimasukkan ke dalam pasien catatan LTC permanen.

Isi catatan perawatan kesehatan dan prosedur untuk pemeliharaan mereka dalam jangka panjang fasilitas perawatannya mirip dengan yang di rumah sakit. Namun, kebutuhan yang unik dari masing-masing lembaga, seperti tingkat perawatan populasi pasien diantarkan atau campuran, harus dipertimbangkan ketika merekam perawatan pasien dan data. Dokumentasi yang tepat memberikan bukti kepatuhan terhadap standar dan direkomendasikan adanya perawatan terampil. Standar dokumentasi bagian II adalah: memasukkan pencatatan persyaratan untuk perencanaan dalam jangka panjang.

1. Lembaga Tingkat Perawatan Jangka Panjang

Penunjukan yang tepat "fasilitas perawatan jangka panjang" mengacu pada tingkat perawatan yang diberikan. Kategori biasanya ditentukan dalam peraturan lisensi untuk lembaga tertentu. Karena pengaturan ini menawarkan berbagai macam layanan perawatan, semua fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang ini harus jenis lisensi oleh negara sebelum mereka dapat memberikan lebih dari satu tingkat perawatan. Selain itu, mereka diberikan sebutan khusus seperti fasilitas perawat terampil (SNF), fasilitas perawatan menengah (ICF), atau sesuatu yang mirip dengan pusat penyembuhan.

Fasilitas perawatan yang terampil memberikan informasi yang paling komprehensif dan tingkat kompleks di antara lembaga perawatan jangka panjang. Dalam fasilitas campuran, gradasi perawatan umumnya mengikuti pola ini (dari paling tidak peduli untuk kebanyakan perawatan): 1) pemukiman peduli. 2) jangka pendek perawatan baik pada tingkat menengah atau ahli. 3) jangka panjang tetap perawatan menengah, dan 4) jangka panjang tetap perawatan tingkat terampil. Tergantung pada status kesehatan pada waktu tertentu, hal ini mungkin terjadi karena penduduk bisa bergerak di antara tingkat perawatan yang berbeda. Umumnya, negara lembaga regulator dan lembaga terkait penggantian menggunakan sistem poin untuk menilai tingkat perawatan yang tepat. Pasien dengan kebutuhan pengelolaan ventilator, total parenteral nutrisi, perawatan trakeostomi, atau rejimen obat kuat, adalah contoh yang merupakan perlambang pasien dalam kategori perawatan terampil.

2. Populasi Pasien Residen

Diberikan seperti kasus campuran berbagai pilihan, populasi penduduk akan bervariasi dari satu institusi ke institusi lain. Namun, ada beberapa karakteristik umum untuk semua populasi pasien dalam pengaturan perawatan jangka panjang .Sebuah daftar karakteristik umum populasi penduduk berikut.

a. Penduduk primer

1) Populasi penduduk utama adalah lemah, sakit, tua, dan tidak mampu hidup mandiri.

2) Penduduk memiliki penyakit kronis dan kerusakan fisik yang berkaitan dengan penuaan. Mereka membutuhkan layanan mendukung untuk mempertahankan kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari.

3) Penduduk memerlukan perawatan rutin, dokter, dan layanan kesehatan profesional.

4) Warga mengaku untuk penyembuhan atau untuk periode waktu yang berkepanjangan. Jangka panjang berulang-ulang dokumentasi perawatan kronis, diselingi dengan episode perubahan dalam status kesehatan, ciri dokumentasi perawatan untuk penduduk utama di sebuah lembaga LTC.

b. Sekunder penduduk

1) Populasi ini tinggal di fasilitas yang relatif lebih singkat. Orang-orang ini sering kali memiliki penyakit tertentu yang sepenuhnya atau sebagian menyelesaikan selama mereka baru sembuh.

2) Program rehabilitasi kembali fokus pada individu-individu untuk pengaturan hidup mandiri.

3) Umur pola penduduk bervariasi dalam kelompok ini.

4) Pasien AIDS (HIV) adalah penduduk baru di fasilitas dan kebutuhan LCT kustodian peduli ketika pengobatan tidak aktif lagi dikejar. Lama tinggal relatif pendek, karena sifat terminal penyakit ini. Dokumentasi untuk campuran penduduk ini dicirikan oleh entri berjangka waktu periodik berdasarkan rencana perawatan individual dan spesifik jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Pentingnya dokumentasi sebagai alat komunikasi penting dalam perawatan jangka panjang Pengaturan ini tidak dapat terlalu menekankan. Pengamatan yang berhubungan dengan status kesehatan. Keluarga, kecelakaan atau jatuh, transfer, dan klinik kunjungan dapat mempengaruhi kesejahteraan Residen. Informasi ini mengambil dimensi tambahan sebagai perawat memantau dan mengarahkan penduduk yang sedang berlangsung peduli. Umumnya, kontak dengan dokter terbatas pada kunjungan bulanan kecuali kondisi penduduk menentukan sebaliknya. Dengan demikian, catatan perawatan kesehatan menjadi kendaraan penting bagi akurat dan tepat waktu komunikasi antara pekerja kesehatan.

  1. Komponen Pendokumentasian Perawatan Jangka Panjang (LTC)

1. PENGKAJIAN

Dalam pengkajian pendokumentasian merupakan informasi mengenai riwayat kesehatan pasien dan hasil pengkajian fisik pasien. Berhubungan dengan ketidaktahuan pasien mengenai informasi keperawatan diri terhadap kesehatan, pola komunikasi, penyesuaian diri, tingkat kegiatan, rusaknya system pendengaran dan penglihatan, hubungan antar keluarga, dan yang lainnya dapat mengurangi traumatik pada pasien perawatan jangka panjang.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan perumusan dalam metode atau cara pendokumentasian. Biasanya dalam keperawatan jangka panjang dalam diagnose keperawatan menunjukan data berisikan:

1) Ketidakmampuan perawatan diri,

2) Rusaknya fungsi gerak,

3) Kebiasaan eliminasi urin (kontipasi, isi perut),

4) rusaknya integritas kulit,

5) proses berfikir,

6) dan kerusakan tubuh dan pemeliharaannya untuk keperluan diagnose medis.

Beberapa masalah keperawatan jangka panjang yang sering muncul yaitu sebagai berikut:


a. Demam

b. Penyakit jantung

c. Hipertensi/ hipotensi

d. Hipoglikemi

e. Mual/ muntah

f. Wandering, kebingungan, disorientasi

g. Jatuh, skin tears

h. Perdarahan pada sistem pencernaan

i. Diare

j. Perdarahan pada vagina

k. Cairan yang berlebih

l. Kurangnya intake nutrisi

m. Perubahan tingkah laku yang tidak baik (disruptive, agresif, murung/ penyendiri)

n. Ketidakseimbangan, kelemahan

o. Ketidakmampuan dalam pengeliminasian

p. Konstipasi


3. RENCANA KEPERAWATAN

Pola rencana keperawatan menunjukan tentang masalah medis pasien, diagnose keperawatan, upaya pencapaian/ rencana tindakan keperawatan. Rencana keperawatan merupakan perencanaan yang digunakan untuk pendokumentasian yang lebih lanjut. Contohnya, ketetapan dan ketelitian informasi dokumentasi tentang diagnose keperawatan pernyataan dari rusaknya system integument oleh luka dekubitus menyebabkan imobilitas total, bersamaan dengan perawatan dan observasi dari luka dekubitus dalam catatan perkembangan. Selanjutnya, penjelasan dari kerusakan kulit tersebut (mobilisasi, eliminasi urin) dan rencana keperawatan dari masalah (merubah posisi pasien, mengganti kain tenun) dalam rencana keperawatan.

4. INTERVENSI/ TINDAKAN

Intervensi berfokus pada pengambilan tindakan untuk meningkatkan dan memelihara kualitas kesehatan pada kondisi pasien. Contoh tindakan yang termasuk dalam kemampuan intervensi:

a. Terapi medis khusus

b. Cairan perenteral, nutrisi parenteral

c. Memantau dan melakukan perawatan dalam keseimbangan elektrolit (kolaborasi)

d. Inisiasi latihan BAB dan BAK

e. Perawatan kateter urin

f. Perawatan kolostomi/ ilestomi

g. Perawatan trakeastomi/ suksion jalan nafas

h. Manajemen ventilator

i. Tube feeding/ tube manajement

j. Pendidikan kesehatan dengan pasien/ keluarga

k. Pengaturan rasa sakit

l. Perawatan luka dekubitus

m. Terapi antikoagulan

n. Latihan jalan

o. Strengthening exercise (Latihan kekuatan) (kolaborasi)

p. Penggunaan alat adaptif (kolaborasi)

q. Whirlpool untuk situasi tertentu (kolaborasi)

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan hasil tindakan perawat terhadap klien dan respon klien terhadap tindakan keperawatan sampai tidak terjadi masalah baru sesuai situasi. Rehabilitasi identik pada perawatan jangka panjang, sehingga harus ada dokumentasi untuk memverifikasi proses ini dan untuk memberikan bukti kemajuan menuju tujuan ditetapkan sebelumnya. Karena itu, ketika mencatat, termasuk informasi tentang pasien direhabilitasi penggunaan perangkat, tingkat mobilitas, dan kemampuan dan kegiatan.Sebelum merevisi rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan menulis ringkasan menurut pedoman lembaga.

  1. Strategi Grafik yang Bertambah

1. Ringkasan

Ringkasan pada catatan keperawatan digunakan pada catatan keperawatan dalam jangka waktu panjang yang komprehensif, gambaran singkat pada psikososial dan keselamatan fisik pada pasien. Keduanya dalam jangka waktu yang sementara dan masalah dalam jangka panjang termasuk beberapa ringkasan yang harus dikomentari pada bagian ini (tidak semua daftar terhitung;beberapa macam ditemukan dalam kumpulan minimum data untuk catatan keperawatan dalam jangka waktu yang panjang) seperti:

1) Tanggal dan waktu / pergantian ketika ringkasan ditulis

2) Bagian – bagian fisik:

a. Kekurangan pada diri sendiri

- memerlukan bantuan

- tidak memerlukan bantuan, dengan atau tanpa alat

b. Pertolongan, pada bagian tertentu saja atau seluruhnya seperti:

· mandi

· memakai baju

· perawatan pada diri sendiri

· makan

· kebutuhan BAK dan BAB

c. Ringkasan pada sesuatu yang harus diperbaiki seperti:

· Terapi

· Penggunaan tongkat atau kruk, untuk latihan dalam gerakan secara bertahap (ROM)

· Ambulasi, menggunakan kursi roda, alat Bantu untuk berjalan

d. Status Pernafasan dan Sirkulasi, diantaranya:

- Pola nafas

- TTV termasuk temperature

- Warna kulit, kuku, membrane mukosa

e. Eliminasi, diantaranya:

- Kondom kateter

- Menggunakan obat pencahar

f. Ekstremitas, diantaranya:

· Mobilisasi / ambulasi

· Kontraktur

· Terluka / memar

· Sakit pada tulang sendi

g. Kulit atau integrasi yaitu:

Adanya lesi, bintik – bintik merah pada kulit, dekubitus dan memar

h. Nutrisi seperti pola diet yaitu:

- Kehilangan berat badan

- Penggunaan alat seperti NGT

- Kemampuan untuk makan sendiri

3) Psikososial yaitu:

Perilaku

a. Level untuk penolakan, orientasi

b. Kesadaran sosial yaitu:

- kunjungan keluarga

- interaksi keluarga

c. Ringkasan untuk penggunaan restrain, seperti:

- Tipe, sebab, waktu, pengawasan

- Fisik atau kimiawi

4) Masalah yang special, seperti:

· kecelakaan

· perubahan kondisi / tanda dan penyebab / pengaduan

Penulisan Strategi Ringkasan untuk Fasilitas LTC

1. Sebuah ringkasan seharusnya ditulis sekurang – kurangnya seminggu sekali bagi orang yang membutuhkan perawatan.

2. Sebuah narasi catatan keperawatan seharusnya ditulis sekurang – kurangnya setiap 2 minggu sekali untuk yang membutuhkan perawatan.

3. Diagnosa keperawatan seharusnya berhubungan dengan waktu istirahat atau ketika situasi yang diperintahkan digunakan. Menghubungkan pada diagnosa keperawatan atau masalah ringkasan keperawatan (Lihat Chapter 19 untuk penambahan rencana pengobatan / keperluan pengobatan).

4. Dokumen yang mengalami banyak perubahan pada berbagai kondisi dan dokumen pada kejadian tertentu.

5. Pernyataan, dalam catatan keperawatan, program itu merupakan perawatan yang harus dievaluasi.

6. Strategi Dokumentasi Keperawatan Jangka Panjang

a. Kesadaran institusi tentang harapan pada batas waktu dalam bentuk

tampilan dan sistem dokumentasi yang digunakan.

b. Informasi pendokumentasian untuk kumpulan data minimum untuk pengaturan catatan keperawatan jangka panjang

c. Informasi tentang kebutuhan dokumentasi yang spesifik pada asuransi perseorangan (Lihat Chapter 19).

d. Mengikuti nasehat institusi untuk mendokumentasikan pemasukan sehari – hari, revisi rencana catatan keperawatan dan penulisan ringkasan.

e. Hindari dokumentasi yang tidak lengkap.

Ada beberapa penyebab mengapa perawat tidak cocok untuk menggunakan dokumentasi LTC. Dalam pertemuan, banyak penyebab umum ketidaklengkapan dokumentasi yaitu tidak cukupnya waktu untuk informasi pendokumentasian secara nyata

bagan item tertentu. ini tampaknya menjadi kasus melakukan kegiatan tapi tidak mendokumentasikan kegiatan yang sama. Daftar berikut berisi beberapa saran untuk membantu menyelesaikan masalah grafik perawatan jangka panjang

  1. belajar untuk menyisihkan kerangka dengan waktu tertentu dalam suatu pergeseran yang akan digunakan secara eksklusif untuk grafik. menjadikan website ini sebagai prioritas, jika mungkin.

Perencanaan umum kekurangan dan kelalaian perawatan jangka panjang

kekurangan dan kelalaian pada umumnya :

a. perubahan dalam kondisi awal adalah memetakan, tetapi tidak ada perencanaan tindak lanjut oleh perawat lain selama perubahan berikut

b. semua data yang dikumpulkan tidak direncanakan (misalnya, tanda-tanda vital, berat badan, asupan dan keluaran). pernyataan yang dibuat oleh penduduk, anggota keluarga mereka, dokter, dan staf tidak termasuk dalam data

c. tidak ada yang didokumentasikan tentang panggilan telepon, relatif dilihat, menempatkan pasien ke tempat tidur, atau melaksanakan perintah dokter.

d. ada tanda tangan atau inisial masuk untuk menunjukkan bahwa obat atau perawatan yang telah diberikan atau tidak diberikan

e. tindakan yang diambil untuk melindungi pasien, pendidikan pasien, dan tindakan yang diambil untuk menyelesaikan masalah yang tidak secara khusus dijelaskan

f. kesalahan ejaan atau istilah atau singkatan yang tidak dapat diterima.

g. salah penggunaan sistem dokumentasi badan (misalnya, SOAP atau FOKUS)

h. keperawatan diagnosis dan praktek keperawatan lainnya tidak selalu metodis didokumentasikan secara teratur

konsekuensi memadai perencanaan

a. kurangnya informasi yang lengkap dan akurat yang tersedia untuk perawat dan dokter yang merencanakan perawatan. dapat menyebabkan orang lain yang terlibat dalam perawatan untuk membuat pilihan yang buruk.

b. dapat menyebabkan rekan menghabiskan waktu "bermain detektif" ketika waktu yang dihabiskan bisa lebih baik. misalnya, kolega mencoba bersama bagian gambar yang lengkap dari status kesehatan penduduk berdasarkan informasi yang tidak lengkap.

c. mungkin dikenakan denda oleh negara bagian dan federal tubuh lisensi jika informasi penting dihilangkan

d. perlindungan diri sendiri sehubungan dengan perawat 'kewajiban pribadi sendiri bisa dalam bahaya. catatan jika ditinjau dalam pengadilan hukum, perawat mungkin tidak memiliki dokumentasi tertulis untuk mendukung klaim bahwa perawatan diberikan karena bukti pasien terhadap perawatan yang kurang. mungkin bisa menyebabkan perawat untuk kehilangan lisensi untuk praktik atau dikenakan denda jika kasus tidak diselesaikan dalam bantuan perawat.

e. dalam beberapa situasi, catatan data yang mungkin menunjukkan bahwa bukan kegagalan perawat untuk mengamati dan melaporkan perubahan-perubahan yang disebabkan membahayakan pasien, tetapi itu adalah ketidakefektifan berikutnya perawatan medis yang menyebabkan masalah. catatan dapat berfungsi untuk menunjukkan siapa di antara mereka yang bertanggung jawab untuk menghadiri pasien gagal memenuhi standar kinerja profesional yang kompeten.

f. penggunaan istilah yang tidak akurat atau tidak bisa diterima dalam catatan kesehatan menciptakan kebingungan.

g. kegagalan untuk mematuhi pedoman kelembagaan hasil perencanaan yang tidak konsisten dalam pengambilan data untuk tujuan informasi dan penggantian.

h. kesinambungan perawatan dapat diubah jika dokumentasi kebutuhan spesifik penduduk tidak konsisten

  1. Percaya bahwa dokumentasi perlu dan merupakan tugas penting, bahwa itu bukan "sesuatu yang saya lakukan," atau "membuang-buang waktu saya."
  2. Awal atau tanda untuk pengobatan atau perawatan seperti yang diberikan.
  3. Diingat konsekuensi apa yang dapat menghasilkan dokumentasi tidak efektif.
  4. Dokumen semua fakta yang berkaitan dengan suatu situasi. menggambarkan fakta-fakta di komprehensif, ringkas, dan akurat detail.
  5. Dokumen yang jelas dan rinci dimasukan pada rencana perawatan sehingga semua pemberi perawatan dapat pengetahuan dalam perawatan mereka.
  6. Menggunakan rencana perawatan sebagai cetak biru untuk dokumentasi.
  7. Berkolaborasi dengan rekan-rekan untuk mengeksplorasi cara tugas sehingga membuat dokumentasi lebih mudah dan lebih efisien. mempertimbangkan strategi untuk menghemat waktu dan pekerjaan.
  8. Setiap perawat memiliki tanggung jawab untuk menjaga, memonitor, membimbing, dan untuk merekam setiap dimensi tentang mereka. perawat hanya dapat meninggalkan dokumentasi tertulis untuk memastikan perawatan yang disediakan. Oleh karena itu, dalam pengaturan keunggulan perawatan pasien LCT.

2. ALERT DOCUMENTATION

ALERT charting system (ACS) telah dikembangkan oleh perawatan jangka panjang perawat yang ingin meningkatkan praktik pencatatan. itu dirancang untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang berhubungan dengan kurangnya tindak lanjut pembuatan diagram perubahan negatif dalam kondisi yang tidak konsisten dokumentasi insiden berikut, atau tidak memadai mencatat penerimaan baru atau masalah sementara. ALERT charting adalah metode untuk menempatkan perawat waspada untuk lebih sering mendokumentasikan tentang peristiwa penting yang mengakibatkan peningkatan pengamatan klinis atau mengubah perawatan atau prosedur. ALERT mengacu pada penandaan grafik pasien pemegang dengan stiker merah khusus untuk menunjukkan bahwa prosedur pembuatan rencana khusus atau tindakan pencegahan perlu dimulai dan diikuti selama jangka waktu tertentu. semua entri perawatan pasien ditulis sementara pada merencanakan ALERT yang berkaitan dengan alasan untuk "waspada". sistem ini dapat digunakan dalam hubungannya dengan narasi tradisional, masalah, atau proses-berorientasi membangun.

ALERT charting memerlukan notasi yang dibuat oleh perawat berlisensi pada setiap perubahan untuk situasi ini:

  1. penerimaan baru, dan tergantung pada peraturan negara, selama 72 jam sampai 7 hari setelah masuk (kecuali jika kondisi pasien memperpanjang waktu ini). (catatan yang antar-disiplin kemajuan catatan)
  2. selama 48 jam setelah kejadian (kecuali kondisi menentukan sebaliknya). insiden ini mencakup hal-hal seperti kesalahan obat, reaksi obat yang merugikan, dan jatuh.
  3. untuk setiap fisiologis, mental, atau perubahan emosi atau sampai kondisi pasien stabil atau dianggap kronis.

semi-Alert sistem charting dapat digunakan dalam hubungannya atau terpisah dari sistem ALERT. pasien pada sistem semi-Alert diidentifikasi dengan label kuning yang melekat pada tangan. alasan untuk pencatatan semi-Alert, bersama dengan pembuatan rencana yang sesuai jadwal, diidentifikasi pada pemilik tabel. sistem dapat dimulai untuk periode 2 minggu setelah pemindahan pasien dari status ALERT. dapat juga digunakan untuk mengingatkan perawat yang dari periodik sesuai kebutuhan dokumentasi. semi-Alert sistem mencatat lebih fleksibel daripada sistem ALERT. memerlukan dua kali seminggu dokumentasi untuk masalah tertentu. situasi yang cocok untuk mencatat semi-Alert meliputi:

  1. untuk menindaklanjuti masalah setelah stadium akut telah berlalu tetapi kebutuhan untuk pengamatan terampil berlanjut.
  2. infeksi melewati tahap-tahap akut.
  3. untuk menindaklanjuti perawatan intensif masalah di mana perbaikan sehari-hari tidak terlihat, tetapi dua kali seminggu akan tampak kemajuan.
  4. pada semua penerimaan baru, dua kali seminggu x 2 minggu.
  5. dokumentasi perawatan, program-program pelatihan khusus (usus, kandung kemih), dan terapi obat-obatan dan hasil.
  6. decubitus borok di tahap 3 dan 4.

Penggunaan

dengan sistem ALERT mencatat sangat berguna dalam pengaturan perawatan jangka panjang, pengaturan rehabilitasi, dan untuk populasi pasien dengan masalah kesehatan kronis. menyediakan jenis intervensi dokumentasi untuk:

  • Mengajurkan tindak lanjut pengamatan dan dokumentasi intervensi yang terjamin.
  • Mempromosikan rekaman signifikan peristiwa berisiko tinggi.
  • Memelihara dokumentasi dari langkah-langkah proses keperawatan.
  • Memberikan bukti penilaian perawatan.
  • Mempromosikan rekaman secara hukum data yang relevan dan berguna.

ALERT charting dan proses keperawatan

Contoh penggunaan catatan ALERT dalam penggunaan proses pemecahan masalah perawatan adalah proses keperawatan berorientasi dan menggunakan pendekatan berpusat pada pasien untuk mencatat. ketika kondisi pasien sering menjamin pemantauan dan dokumentasi, fakta ini dicatat pada daftar masalah master dan rencana perawatan. sebaliknya, ketika ALERT charting